Iwan dan Susi mendatangi pengadilan untuk mengurus perceraian. "Saya ingin pisah dari barang rongsokan ini," kata Susi emosional. "Saya tidak bisa hidup dengan monster ini," balas Iwan.
"Berapa anak kalian?" kata hakim. "Tiga," jawab Iwan. "Tunggulah setahun lagi," kata sang hakim. "Tambahlah satu anak lagi, supaya kalian masing-masing mendapat dua anak."
"Tapi dengan potensi saya, bisa-bisa kami nanti malah mendapat anak kembar," kata Iwan. "Apa? kembar?" Susi mencibir. "Kalau saya hanya mengandalkan dia, belum tentu kami bisa punya tiga anak seperti sekarang." (02-12-2004)
Jumat, 27 Februari 2009
Awas Tembok
Kebaktian dukacita untuk mengenang seorang istri yang baru saja meninggal baru saja selesai. Lalu beberapa orang diminta menggotong peti jenazah itu menuju ke pekuburan. Tetapi, saat hendak keluar dari gereja, tanpa disengaja, peti itu menyenggol tembok dan jatuh terbanting dengan keras.
Para tamu terkejut semuanya, karena mereka mendengar erangan dari dalam peti jenazah itu. Ternyata sang wanita masih hidup dan bertahan hingga sepuluh tahun kemudian. Nah, sepuluh tahun kemudian sang istri meninggal lagi.
Kebaktian dukacita berlangsung di tempat yang sama. Saat selesai kebaktian, ketika peti itu hendak digotong ke luar gereja dan menuju pemakaman, si suami berteriak-teriak, "AWAS TEMBOK! AWAS TEMBOK!" (03-12-2004)
Para tamu terkejut semuanya, karena mereka mendengar erangan dari dalam peti jenazah itu. Ternyata sang wanita masih hidup dan bertahan hingga sepuluh tahun kemudian. Nah, sepuluh tahun kemudian sang istri meninggal lagi.
Kebaktian dukacita berlangsung di tempat yang sama. Saat selesai kebaktian, ketika peti itu hendak digotong ke luar gereja dan menuju pemakaman, si suami berteriak-teriak, "AWAS TEMBOK! AWAS TEMBOK!" (03-12-2004)
Sejarah
Bu Ida, guru SD kelas VI memberi tahu muridnya bahwa besok ulangan Sejarah. Dede salah seorang murid SD tersebut, sepulangnya dari sekolah terus menghapal pelajaran tersebut.
Hasil ulangan telah di kumpulkan dan Ibu Ida menguji murid-muridnya. "Dede, coba kamu sebutkan perang Diponegoro tahun berapa?" "Tahun 1825 sampai 1830, Bu."
"Sekarang coba Udi, di mana Pangeran Diponegoro gugur?" "Di halaman 30, Bu!" jawab Udi sambil menggosok matanya karena sedang ngantuk. (03-12-2004)
Hasil ulangan telah di kumpulkan dan Ibu Ida menguji murid-muridnya. "Dede, coba kamu sebutkan perang Diponegoro tahun berapa?" "Tahun 1825 sampai 1830, Bu."
"Sekarang coba Udi, di mana Pangeran Diponegoro gugur?" "Di halaman 30, Bu!" jawab Udi sambil menggosok matanya karena sedang ngantuk. (03-12-2004)
Langganan:
Postingan (Atom)